Konser Suwarga Loka karya Reza G Sakti (Laporan Suara Merdeka)

Musik Swarga Loka di Kahyangan

  9 Juli 2015 0:04 WIB Category: SmCetak, Solo Metro A+ / A- 
 

SWARGA Loka berasal dari Bahasa Sansekerta Svar (cahaya) Ga (gam atau pergi) dan loka (tempat). Artinya perjalanan menuju tempat bercahaya. Dalam Weda, swarga adalah dunia ketiga yang penuh sinar cahaya, yang menjadi tempat tinggal para dewa. 

Swarga, merupakan persinggahan sementara, yang dalam Bhagawad Gita disebutkan, sebagai tempat kesenangan sementara. Sebelum mencapai kebahagiaan sejati melalui jalan moksha, yakni bersatunya Atman (jiwa) dengan Brahman (Sang Pencipta). Swarga Loka menjadi tingkatan pertama dari alam swah loka, dalam strata Tri Loka. 

Oleh Reza Ginandha Sakti, mahasiswa S-2 Pascasarjana program Studi Penciptaan Seni, Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Swarga Loka dikemas dalam sajian konser musik dan dipentaskan di objek wisata spiritual Kahyangan, Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, belum lama ini atau di petilasan pertapaan Panembahan Senapati, tokoh pendiri dinasti Mataram Islam Tanah Jawa.

”Ini menjadi konser musik pertama di Kahyangan,” ujar juru kunci Mas Ngabei (MNg) Wagino Hargo Surakso. Kreativitas Reza, mampu menyuguhkan konser dalam warna drama musikal. 
Yakni mengkolaborasikan musik dan gerak tari semacam drama liturgi yang bertata koreografi, dan ditingkah alunan musik menarik, sehingga terbentuklah sebuah musical play. Suara gemericik air terjun Kali Kahyangan dan cerecet satwa kera liar di Khayangan, menyumbang titi nada alami, yang melahirkan sajian atraktif dan ekspresif, mampu menyentuh rasa dan emosi.

Terlebih lagi, ditingkah gerak teatrikal dengan seting alam pedesaan, dan kirab karnaval para peraga drama musikal. Ini mirip drama musikal di Teater ”West End” atau di ”Broadway Theatre” di London dan New York, 
serta di ”Fringe Theatre Off-Broadway”, atau drama musikal di Taman 
Ismail Marzuki Jakarta. 

Reza mengatakan, konser musik di objek wisata spiritual Kahayangan ini, disajikan demi melaksanakan tugas akhir program studi S-2. Drama musikalnya, diawali kirab jalan kaki dari halaman parkir menuju Watu Payung, dengan menerobos Sela Panangkep. 

Bawah (dari kiri): Reza G Sakti, Prof.Rahayu Supanggah, Prof. Pande Made., Dr.Aton

Lengkingan seruling membelah kesunyian alam Kahyangan. Tampilnnya perempuan tua membersihkan gabah dengan tampah di pinggir sungai, ikut memberikan warna khas pedesaan. 

Dalam drama musikal ini diwarnai tragedi ulah anak lelaki berperangai buruk, yang menendang tampah sehinga gabah berhamburan berserakan. Si ibu pun menangis oleh keberingasan putranya ini.
Dampak keberingasannya itu, si anak mendapatkan balak tak putus dirundung petaka. Sang Ibu menjadi trenyuh dan memaafkannya, serta membimbing putranya bertobat guna melebur sifat buruknya, demi meraih kesucian untuk meraih anugerah kemulyaan hidup melalui jalan Swarga Loka. Reza menyatakan, konser musiknya berdurasi 15 menit melibatkan 27 personel. 


Swarga Loka, merupakan sebuah interpretasi legenda Kahyangan. Hadir dalam sajian konser musik Swarga Loka, tiga dosen penguji, Prof Rahayu Supanggah, Prof Pande Made Sukerta dan Dr Aton Rustandi Mulyana. Pande mengatakan, untuk mengakhiri studinya, mahasiswa diminta menggelar pentas di daerah asal.(Bambang Pur-68)

sumber berita :
http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/musik-swarga-loka-di-kahyangan/

Comments

Popular posts from this blog

CARA MENULIS NOTASI DENGAN PARNUMATION (PART 2)

MENULIS PARTITUR DENGAN NOTASI ANGKA (PART 1)

ORIGINAL SOUNDTRACK FILM PRODUKSI DISNEY DALAM PERKEMBANGAN RASA ESTETIKA ANAK