MEMUTUSKAN HIDUP DENGAN BERMUSIK? YAKINKAH?



Studio rekaman pribadi saya, menjadi salah satu passion yang saya geluti di bidang musik.


Sebuah tulisan untuk rekan-rekan saya sesama musisi, tulisan ini murni hanya sebagai penyemangat dan media berbagi pengalaman saya secara pribadi, sama sekali tidak bermaksud menggurui. Salam.

Rasa nyaman dalam hati, kepuasan memainkan instrumen, tepuk tangan riuh yang menggema di seluruh penjuru mata angin, decak kagum orang-orang, menjadi pusat perhatian di setiap pementasan, dan mendapatkan keuntungan dari segi psikologis, mental, sosial, pergaulan, juga tentunya finansial. Mungkin itulah beberapa alasan seseorang mendalami musik dengan segala passion yang dimiliknya.

Zona Misteri vs Zona Nyaman

Ada ratusan alasan seseorang mendalami musik, memutuskan untuk meninggalkan “zona nyaman” untuk memasuki “zona penuh misteri. Zona nyaman? Ya tentu saja saya sebut zona nyaman, karena hampir sebagian besar orang dilingkungan kita akan sangat bangga saat putera-puteri mereka sekolah atau berkuliah di zona nyaman, Kedokteran, kesehatan, hukum, pendidikan kimia, fisika, biologi, dan lain-lain. Namun saat seorang individu yang dianggap masih anak-anak memutuskan untuk terjun profesional di dunia musik, saya yakin, hampir sebagian besar orang tua tidak menyetujuinya, atau bahkan melarang dengan tegas.

Kenapa musik saya namakan zona misteri? Karena di lingkungan kita (lingkungan saya pribadi), masih banyak yang mengernyitkan dahi dan bergumam “Mau jadi apa nanti kuliah kok di musik?” saat seseorang memutuskan terjun secara profesional di dunia musik. Dalam hal ini, apakah masyarakat salah? Apakah orang tua salah melarang anaknya kuliah di musik? Jawabannya adalah TIDAK !! Kenapa ? karena “mereka (beliau-beliau)” melihat contoh yang sangat nyata dan hanya melihat dari “luar” kehidupan musisi, baik di lingkungan lokal, nasional, dan internasional.

Contoh :


  1. Yang dikenal dengan “PROFESI” di dalam masyarakat kita adalah guru, hakim, jaksa, karyawan bank, karyawan swasta, manager, dll. Kalau profesinya musisi? Ah sudahlah. Sering kali senior-senior musisi cerita bahwa saat tetangganya punya hajat, yang profesinya guru, karyawan, dll di daulat untuk Among tamu (budaya Jawa menyambut tamu di acara hajatan), namun kalau musisi? Noooooo, cukup menjadi panitia hiburan saja :)
  2. Musisi identik dengan narkoba dan pergaulan bebas. FAKTANYA : memang ada beberapa yang seperti itu, namun saya sendiri yakin, jumlahnya tidak banyak dibanding musisi yang benar-benar “bersih”.
  3. Banyak teman musisi (mungkin juga saya) yang terkesan bingung setelah mereka lulus kuliah, kenapa bingung? Bingung mau ngapain. Karena saat kuliah, kami terlalu sibuk meningkatkan skill, belajar harmony, komposisi, punya komunitas musik, dll, lalu saat lulus dan kembali ke kampung halaman, semua itu hilang, sementara sudah malu untuk meminta uang ke orang tua, namun job tak kunjung datang, kalaupun ada sebagian besar di acara wedding J sehingga memunculkan kesan “pengangguran” dimata awam.


Solusi

Saat semua itu terjadi (setelah lulus kuliah), kami menjadi penunggu job, bingung mau ngapain, dan stigma negatif masyarakat “musisi itu pengangguran” sudah terlanjur melekat. Maka mengambil AKTA MENGAJAR adalah salah satu solusi paling masuk akal. Kuliah dari seni murni untuk kemudian menjadi pengajar di sekolah. Saat semua itu dijalani, stigma positif akhirnya melekat: Hebat ya bisa jadi guru musik!!!.

Namun menurut saya hal tersebut bukan solusi utama, karena menghadapi era global yang menghajar finansial secara telak bukan perkara mudah, karena hanya dengan mengajar saya yakin keperluan dalam segi ekonomi belum sepenuhnya terpenuhi (apalagi yang sudah berkeluarga dan guru belum PNS).

Salah satu karya saya "dibalik layar", penata musik untuk film (Music director)

Maka dari itu, musisi era sekarang perlu belajar banyak menghadapi era yang semakin maju, kreatifitas dan daya tahan kita sangat diperlukan untuk menghadapi kerasnya zaman. Kreatifitas itu bisa dimulai dari mencipta lagu, mencipta karya, belajar teknologi musik, dan yang terpenting adalah MENERIMA PEKERJAAN YANG MENANTANG !!

Mari kita bahas satu persatu:


  • 1.      Mencipta lagu dan karya

Skill merupakan hal penting dalam bermusik, namun kalau skill sudah tingkat dewa dan kita tidak bisa menciptakan karya lagu, ya berarti kita stuck, berhenti di tempat dan tidak bisa mengembangkan diri lebih lanjut.

  • 2.       Belajar teknologi musik

Ini salah satu unsur penting, agar karya kita bisa terdokumentasi. Ada yang berpendapat “Ah nggak perlu belajar teknologi musik, toh nyew aja enak”, hal itu bener juga sih, namun kita perlu melihat musisi-musisi senior Indonesia yang kini semakin canggih dalam teknologi musik, contohlah Indera Lesmana, Indra Q, Stephan Santoso, dll. Nah kalau yang senior dan udah tingkat nasional aja mau belajar lagi, kenapa kita malah berdiam diri?

  • 3.       MENERIMA PEKERJAAN YANG MENANTANG

Kenapa saya tulis semua dengan CAPS LOCK? Karena inilah yang saya lakukan, pekerjaan musik sekarang ini bukan sekedar kita main di panggung. Ambillah contoh job yang pernah saya ambil dan belum pernah saya pelajari di bangku kuliah (musik), Disuruh mencarika alat musik (jual-beli), membuat musik senam untuk TK, melatih lomba vokal anak SD, membuat musik drama sebuah perusahaan jamu, membuat lagu berbahasa Jawa, mengisi musik ilustrasi di sebuah film, membuat midi untuk iringan lomba, membuat pentas kolaborasi seni, merekam jingle, mars, lagu untuk instansi, melatih pejabat main band, menjadi operator rekaman, dan pekerjaan-pekerjaan lain yang saya belum pengalaman di dalamnya. Lantas kenapa saya akhirnya bisa? Kuncinya adalah BELAJAR, dan semua tantangan itu akhirnya saya terima dan saya kerjakan dengan baik. Kalau tiap ada pekerjaan musik yang menantang dan kita udah bilang “Bu/pak, saya nggak bisa mengerjakan itu”. Maka percayalah, sampai kapanpun, orang tersebut tidak akan pernah memakai jasa bermusik kita :)

Semua ulasan ini adalah berdasarkan pengalaman saya pribadi sebelumnya, tidak bermaksud menggurui dan mengajari. Masih sangat banyak yang berpengalaman dibanding saya pribadi. Tulisan ini mengajak rekan sesama musisi untuk lebih kreatif, untuk lebih bekerja keras di bidang musik. 

Semua yang ada di tulisan ini intinya adalah :
BILA KITA MEMUTUSKAN UNTUK PROFESIONAL DI BIDANG MUSIK, MAKA YAKINKAN DIRI KITA, TERUSLAH BELAJAR, MENGIKUTI ZAMAN DAN MENERIMA TANTANGAN BARU. KARENA HIDUP SEBAGAI MUSISI TIDAK MELULU KITA MAIN DIATAS PANGGUNG, BERMAIN DENGAN SKILL TINGKAT TINGGI, DAN DIKAGUMI DIATAS PANGGUNG, DAN “TERKADANG” (WALAUPUN TIDAK SELALU) BERDASAR PENGALAMAN SAYA, PEKERJAAN DI BALIK PANGGUNG BISA MENGHASILKAN (FINANSIAL) LEBIH BESAR DARIPADA DI ATAS PANGGUNG, BERPULUH KALI LIPAT, HEHE. J

Wonogiri, 1 Juli 2016
Reza Ginandha Sakti, S.Pd., M.Sn

Comments

  1. i like this quote "yang terpenting adalah MENERIMA PEKERJAAN YANG MENANTANG !!"

    ReplyDelete
  2. Tidak banyak juga orang tua yg mengijinkan anaknya berkarir di bidang seni...
    Semangat.

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo ga di ijinin bilang gini aja : mah, pah, mamah sama papa ga mau aku sukses?

      Delete
  4. Iya mas nug, hanya dikit yang mengizinkan puteranya ke bidang seni. Beruntunglah saya didukung kedua orang tua

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

CARA MENULIS NOTASI DENGAN PARNUMATION (PART 2)

MENULIS PARTITUR DENGAN NOTASI ANGKA (PART 1)

ORIGINAL SOUNDTRACK FILM PRODUKSI DISNEY DALAM PERKEMBANGAN RASA ESTETIKA ANAK